Tinja adalah sisa makanan yang telah dicerna dan belum dicerna oleh usus yang dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk benda padat. Pada keadaan abnormal atau adanya kelainan di dalam saluran cerna, tinja dapat menunjukkan perubahan bentuk serta hasil pemeriksaan yang abnormal. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, darah samar dan pemeriksaan sisa pencernaan.
Pemeriksaan mikroskopik tinja digunakan mikroskop cahaya untuk melihat unsur abnormal seperti telur cacing, sisa makanan yaitu lemak, amilum, leukosit dan eritrosit bila ada perdarahan. Perdarahan pada saluran cerna tidak selalu memberikan warna merah pada tinja khususnya pada perdarahan saluran cerna bagian atas, darah akan diubah oleh asam lambung yang berubah menjadi warna coklat kehitaman. Adanya darah dalam tinja dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.
Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan tinja dilakukan dengan cara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan darah di dalam tinja menggunakan antibodi monoklonal.
1. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau,
darah, lendir dan parasit.1-4
a. jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.
Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja
meningkat.2,3
b. konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada
diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja
yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam
usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.2,3
- Warna
Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua
dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja
dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan
obat yang dimakan. Warna kuning dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan
obat santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung
khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan
porphyrin dalam mekonium.3,4 Kelabu mungkin disebabkan karena
tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus
obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat
pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan
makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah
pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan
yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna
coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.
Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.1-4
d. bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.
Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak
dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan
semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula
yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi
asam.2,3
e. darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau
hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran
pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini
disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai
pada hemoroid atau karsinoma rektum.2,3,4
f. lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding
usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi
itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur
dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri,
intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.2,3
g. parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.
2. PEMERIKSAAN
MIKROSKOPIS
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit,
eritosit, sel epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang
terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
didapatkan bentuk trofozoit.
gambar protozoa pada mikroskopis tinja ( sumber : google )
b. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan sebagainya.2,3
telur Ascaris lumbricoides (sumber:google) telur cacing tambang
(sumber:google)
c. leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh
sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan
peningkatan jumlah leukosit.2,3Eosinofil mungkin ditemukan pada
bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.3
d. eritrosit
Eritrosit hanya terlihat
bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi
lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu
berarti abnormal.
e. epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitelyang berasal
dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.1-3
f. kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin
terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel
fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi,
sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai
kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja LUGOL Butir-butir
amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus
saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran
pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.2,3
kristal hemetoidin (sumber:google)
g. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam
keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan
abnormal. Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian
lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastis, dan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan
larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna.
Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai
untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe.2
Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.
3. PEMERIKSAAN
KIMIA TINJA.
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan
terhadap darah
samar. Tes terhadap darah samar untukmengetahui adanya perdarahan kecil
yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.2,3,4 Adanya
darah dalam tinja selalau abnormal. Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat
dilakukan dengan menggunakan tablet reagens. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin
yang bersifat sebagai peroksidase akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi
air dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertentu yang
menimbulkan perubahan warna 4,5
Tablet Reagens
banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai
aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkan reaksi positif palsu seperti
daging, ikan sarden dan lain lain. Menurut kepustakaan, pisang dan preparat
besi seperti ferrofumarat dan ferro carbonat dapat menimbulkan reaksi positif
palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk menghindari makanan tersebut
diatas selama 3-4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar.4,5 Pemeriksaan
bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam
usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan
pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti
pengobatan jangka panjang dengan
antibiotik yang
diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan
perubahan tadi.1,2,3 Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah
urobilin aka nberkurang pada ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil
tes
menjadi
negatif, tinja berwarna kelabu disebut akholik. Penetapan kuantitatif
urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan
terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen
yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna
dalam keadaan
seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.2
Tetapi
pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang
dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
0 komentar:
Posting Komentar