Jurnalisme
Perdamaian
"Jurnalisme Damai" adalah jenis jurnalisme
yang lebih mengarah pada penyampaian informasi yang berdampak pada perdamaian.
Istilah ini bisa saja digunakan untuk membedakan dari "jurnalisme
perang". Yakni jenis jurnalisme yang mengobarkan peperangan dengan
penyampaian informasi yang bersifat provokatif, intimidasi, dan desas-desus.
Penganut
paradigma jurnalisme perang tidak hanya mengobarkan konflik tetapi juga
memotret kekerasan secara telanjang. Istilah jurnalisme damai ini mulai diperkenalkan
kali pertama oleh Profesor Johan Galtung, ahli studi pembangunan pada 1970-an.
Galtung mencermati, banyak jurnalisme perang yang mendasarkan kerja
jurnalistiknya pada asumsi yang sama, seperti halnya para jurnalis yang meliput
olahraga. Yang ditonjolkan hanyalah kemenangan dan kekalahan dalam
"permainan kalah-menang" antardua pihak yang berhadapan. Jenis
jurnalisme damai disosialisasikan secara intensif di berbagai negara di dunia,
khususnya di wilayah-wilayah konflik mulai akhir 1980-an. Di Indonesia,
jurnalisme damai menjadi sebuah wacana ketika terjadi konflik Ambon, menyusul
konflik-konflik lain atas dasar SARA.
Contoh Jurnalisme Damai:
MERENUNGKAN JASA SOEHARTO
Harus diakui bahwa meninggalnya mantan Presiden
Soeharto membuat kita mencoba merefleksikan ulang, bahwa negeri ini pernah
berada pada titik puncak keberhasilan pembangunan. Jujur kita katakan bahwa di
jamannya memerintah, bangsa kita pernah menikmati betapa mudahnya hidup kala
itu. Bagi sebagian masyarakat, di jaman Soeharto, kehidupan memang tidak
sesulit sekarang. Kini, harga-harga mahal, bahkan kebutuhan pokok amat mahal.
Pada periode 1980-1993, pemerintah memang memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan sekitar 8 persen setahun
dengan nilai tukar terhadap dollar Amerika sekitar Rp 2.500-3.500 per
dollarnya. Akibatnya, memang secara jelas, masyarakat bisa membeli segala
sesuatu dengan murah. Inflasi yang gila-gilaan di akhir periode Orde Lama,
berhasil dikendalikan. Dengan menerapkan pertumbuhan ekonomi melalui hadirnya
berbagai unit usaha bagi masyarakat kecil, sebagian besar masyarakat di
pedesaan memang menikmati hasilnya. Yang tidak kalah penting adalah bagaimana
Soeharto bisa mengubah wajah Indonesia. Pada tahun 1984, Indonesia berhasil mengubah
diri dari negara terbesar dalam mengimpor beras, akhirnya menjadi negara
berswasembada pangan. Lebih dari 3 juta ton padi dihasilkan setiap tahunnya.
Bandingkan dengan sekarang yang justru defisit lebih dari 1 juta ton setiap
tahun. Meski bukan lulusan sekolah ekonomi, mantan Presiden itu dikenal lihai
memotivasi para petani dan nelayan. Mereka dikunjungi dan diberikan motivasi
untuk bisa memajukan pekerjaannya, sehingga menjadi petani adalah kebanggaan.
Bahkan beliau dikenal suka memperkenalkan diri sebagai ”anak petani”, untuk
meningkatkan gairah dan harga diri para petani. Bukan hanya dalam bidang
pertanian, salah satu sukses besar Orde Baru adalah dalam bidang kesehatan dan
KB. Karena adanya kesadaran bahwa daya pembangunan akan terserap oleh jumlah
penduduk, maka mantan Presiden Soeharto membangun dan menggalakkan program KB.
Ia mencanangkan berbagai upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui
berbagai upaya yang pada gilirannya berhasil mengerem laju pertumbuhan penduduk
kita. Di bidang kesehatan, upaya meningkatkan kualitas bayi dan masa depan
generasi ini dilakukan melalui program kesehatan di posyandu, sebuah upaya yang
mengintegrasikan antara program pemerintah dengan kemandirian masyarakat. Di
jamannya, program ini memang sangat populer dan berhasil. Banyak ibu berhasil
dan peduli atas kebutuhan balita mereka di saat paling penting dalam periode
pertumbuhannya. Yang tidak kalah penting adalah, karena Indonesia memiliki
prospek yang sangat baik, terutama dalam menjaga kawasan baik di Asia Tenggara
dan Asia, serta masa depan Indonesia yang dianggap sebagai macan Asia, Soeharto
dan bangsa Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri. Negara lain yang kini
terang-terangan berani ”mengganggu” keberadaan kita seperti Malaysia dan
Singapura, dulu tidak pernah menganggap Indonesia serendah sekarang. Jujur kita
sampaikan bahwa dulu, kita sangat bangga karena kita punya banyak kiprah dalam
memajukan wilayah ini. Semuanya hanya sekelumit kisah supaya kita memandang
jasa mantan Presiden Soeharto dalam konteks yang berimbang, meski kita tahu ada
masa dimana beliau digunakan sebagai alat oleh orang-orang yang ingin
memperkaya diri dan menguntungkan kelompok tertentu. Itu adalah sebuah fakta
yang tidak terbantahkan. Pertanyaan berikutnya kepada para pemimpin sekarang
adalah, sanggupkah mereka mengembalikan kebanggaan dan kejayaan yang pernah
sangat menggetarkan hati itu? Ini adalah tantangan bagi mereka.
Dalam hal ini, jurnalis memiliki tujuan mendamaikan
seluruh warga Indonesia dengan mantan Presiden Indonesia yang pernah memiliki
masa lalu yang kejam. Lewat info ini, yang ditekankan bukanlah
kejahatan-kejahatan Soeharto, bukan masalah korupsinya, namun jasa-jasanya,
kebaikan-kebaikan Beliau bagi Indonesia. Tujuan berita ini tentu agar tidak ada
lagi dendam yang tertinggal antara masyarakat Indonesia dengan Soeharto.
0 komentar:
Posting Komentar