DAFTAR ISI
1. Pengertian
Suksesi..................................................................... 1
2. Faktor
Penyebab Suksesi........................................................... 2
3. Faktor
yang Mempengaruhi Proses Suksesi .............................. 2
4. Tahap
– Tahap Suksesi dan Karakteristiknya .......................... 3
5. Macam
– Macam Suksesi
A. Suksesi
Primer ..................................................................... 4
B. Suksesi
Sekunder ................................................................. 7
Daftar
Pustaka
Pengertian Suksesi
Suksesi
adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang
terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk
komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain
suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju
ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem.
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks.
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks.
Komunitas
klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang
mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan
tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu
mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai
perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Contoh
klasik untuk menggambarkan peristiwa suksesi adalah kejadian di Gunung
Krakatau, Banten. Pada tahun 1883 Gunung Krakatau meletus, semua kehidupan di
gunung tersebut musnah. Seratus tahun kemudian ternyata di Gunung Krakatau
tersebut sudah terbentuk hutan kembali. Bagaimana proses pembentukan kembali
komunitas di Gunung Krakatau tersebut?
Mula-mula
yang berkoloni adalah sejenis lumut kerak (lichen) dan beberapa jenis
lumut tertentu. Asam-asam yang dieksresi oleh Lichen itu menghancurkan substrat
batuan dan menyediakan sedikit tanah. Partikel tanah tambahan terbentuk karena
penghancuran oleh iklim dan terbawa angin. Penghancuran dan pembusukan terhadap
lichen dapat menambahkan sedikit humus sehingga lumut lain menetap.
Setiap musim terdapat pertumbuhan baru, yang lama membusuk (menyediakan humus).
Tidak lama kemudian tersedia cukup tanah untuk paku-pakuan dan kemudian tumbuh
rerumputan, kemudian semak (perdu). Keadaan ini menyediakan kondisi pertumbuhan
yang amat baik untuk biji-biji tumbuhan tinggi (pohon).
Peristiwa
suksesi dapat dilihat pada Gambar 9.15 Suksesi tumbuhan.
Gambar
9.15 Suksesi tumbuhan dalam suatu rawa yang dimulai dengan batang
tumbuhan rawa, yang tumbuh keluar dari dalam air, maka terbentuk selapis
vegetasi yang makin lama makin tebal sesuai dengan tahun-tahun yang berlalu dan
area perairan terbuka makin menciut
Suksesi tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik.
Telah dijelaskan bahwa akhir sukses
adalah terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya,
terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :
- Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.
- Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau
- xeroser yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun.
Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi
oleh musim dan biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominant.
Berdasarkan pengaruh musim terhadap bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua
teori sebagai berikut :
- Hipotesis monoklimaks menyatakan bahwa pada daerah musim tertentu hanya terdapat satu komunitas klimaks
- Hipoteis poliklimaks mengemukakan bahwa komunitas klimaks dipengaruhi oleh berbagai faktor abiotik yang salah satunya mungkin dominan.
Faktor
Penyebab Terjadinya Suksesi
antara lain sebagai berikut:
1. Iklim
Tumbuhan
tidak akan dapat tumbuh teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu
yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya
vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru
(kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi
iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang
tidak menguntungkan pada vegetasi.
2. Topografi
Suksesi terjadi karena adanya
perubahan kondisi tanah, antara lain:
a.
Erosi
Erosi
dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi
kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya
proses suksesi dimulai.
b. Pengendapan (denudasi)
b. Pengendapan (denudasi)
Erosi
yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga
menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan
suksesi berulang kembali di tempat tersebut.
Pemakan
tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian demikian
pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan
yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila
rusak berat berganti vegetasi.
Faktor Yang
Mempengaruhi Proses Suksesi
1.
Luasnya habitat asal yang mengalami
kerusakan
2.
Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu
3.
Kecepatan pemancaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut
4.
Iklim terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora, dan benih
lain serta curah hujan yang sangat berpengaruh daam proses perkecambahan.
5. Jenis
substrat baru yang terbentuk
Tahap Tahap Suksesi Dan Karakteristik Suksesi
Dalam
suksesi terjadi suatu proses perubahan secara bertahap menuju suatu
keseimbangan. Clements menyusun urutan kejadian secara rasional ke dalam 5
fase, yaitu:
Fase 1. NUDASI : proses awal
terjadinya pertumbuhan pada lahan terbuka/kosong.
Fase 2. MIGRASI : proses hadirnya
biji-biji tumbuhan, spora dan lain-lainnya.
Fase 3. ECESIS : proses kemantapan
pertumbuhan biji-biji tersebut.
Fase 4. REAKSI : proses persaingan
atau kompetisi antara jenis tumbuhan yang telah ada/hidup, dan pengaruhnya
terhadap habitat setempat.
Fase 5. STABILISASI: proses
manakala populasi jenis tumbuhan mencapai titik akhir kondisi yang seimbang
(equilibrium), di dalam keseimbangan dengan kondisi habitat lokal maupun
regional.
Suksesi
lebih lanjut tersusun atas suatu rangkaian rute perjalanan terbentuknya
komunitas vegetasi transisional menuju komunitas dalam kesetimbangan. Clements
memberi istilah untuk tingkat komunitas vegetasi transisi dengan nama
SERE/SERAL, dan kondisi akhir yang seimbang disebut sebagai Vegetasi Klimaks.
Untuk komunitas tumbuhan yang berbeda akan berkembang pada tipe habitat yang
berbeda.
Adapun
karakteristik umum peristiwa suksesi ini, Park (1980) menjelaskan sebagai
berikut:
1). Keanekaragaman ekologi (Ecological Diversity).
1). Keanekaragaman ekologi (Ecological Diversity).
Keanekaragaman jenis/species
umumnya meningkat selama suksesi karena meningkatnya sejumlah relung dalam
habitat yang tersedia bagi tingkat perkembangan seral berikutnya. Regier dan
Cowell (1972, dikutip oleh Park, 1980) menyatakan bahwa awal suksesi didominasi
oleh sedikit jenis organisme yang memiliki kesempatan yang tinggi untuk tumbuh
tanpa kompetisi yang efektif dengan sebagian besar jenis hidup lebih lama.
Menurut Loucks (1970, dikutip oleh Park, 1980), puncak keanekaragaman jenis
penyusun komunitas hutan terjadi setelah 100 sampai 200 tahun setelah awal
suksesi sekunder, dan suatu keanekaragaman yang menurun terjadi kemudian dalam
proses suksesi. Kemungkinan akibat kebakaran atau juga pengelolaan oleh
manusia. Oleh karena itu, Park (1980) menyimpulkan bahwa jelasnya secara umum
peningkatan keanekaragaman ekologis melalui suksesi ekologi harus menjadi
elemen kunci dalam semuastrategi pengelolaan hutan.
2).
Struktur Ekosistem dan Produktivitas.
Dengan adanya proses suksesi dalam suatu
ekosistem maka biomas akan cenderung meningkat selaras dengan perubahan
komposisi jenis pioneer yang digantikan oleh bentuk vegetasi yang lebih besar,
dan meningkatnya jumlah maupun keanekaragaman habitat. Produktivitas juga akan
meningkat, minimal selama awal suksesi.
3).
Perubahan Karakteristik Tanah.
Seperti
dinyatakan oleh Clements bahwa suksesi berlangsung secara progresif (semakin
maju) sepanjang waktu, maka perubahan komunitas vegetasi juga akan memodifikasi
(menyebabkan perubahan) pada habitat dan lingkungan local. Pada ekosistem
daratan, misalnya hutan Jati yang dibiarkan menjadi hutan Jati alam seperti di
RPH Darupono, KPH Kendal, karakteristik tanahnya berbeda dengan yang ada di
bawah tegakan Jati yang dikelola secara intensif. Tampak a.l. pada ketebalan
humus, kelembaban tanah dan iklim mikro di bawah tegakan hutan Jati yang
tercampur dengan berbagai jenis kayu lain secara bertingkat-tingkat.
4).
Stabilitas Ekosistem.
Selaras
dengan meningkatnya formasi organisme yang ada akibat proses suksesi, kemudian
tumbuh berkembang dan mati, telah memberikan pelajaran berharga tentang
terciptanya stabilitas ekosistem. Ada beberapa pendapat yang masih
diperdebatkan, yaitu berkisar antara ‘stabilitas ekosistem’ atau ‘stabilitas
yang dinamis’. Kedua pendapat ini beralasan untuk yang pertama bahwa secara
sederhana dengan adanya suksesi secara keseluruhan telah meniadakan perubahan
ekologis dalam suatu system, atau hanya sedikit terjadi peningkatan melalui
proses suksesi. Adapun untuk pendapat yang kedua bahwa kecepatan komunitas giat
kembali setelah terjadinya beberapa gangguan secara temporal umumnya menurun
selama proses suksesi.
5).
Tingkatan waktu (Time Scales).
Perhatian
juga difokuskan pada tingkatan waktu yang terkait dengan proses suksesi, dan
kecepatan perubahan yang terjadi pada tingkat sere. Hal ini memberikan
diagnosis yang bernilai terhadap indikator stabilitas ekosistem yang potensial,
kerentanan terhadap penyebab perubahan, dan tingkatan waktu yang dibutuhkan
(dalam strategi pengelolaan/manajemen) untuk memperbaiki diri secara alami bagi
ekosistem yang rusak. Odum (1962, dikutip oleh Park, 1980) menyimpulkan bahwa
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat klimaks adalah berkaitan dengan
struktur komunitas. Dalam ekosistem hutan, suksesi jauh lebih lama karena
biomas yang besar terakumulasi sepanjang waktu, dan komunitas terus berubah
dalam komposisi jenis dan mengatur lingkungan fisiknya.
Macam-Macam Suksesi
Para
ahli ekologi menentukan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder.
1. Suksesi Primer
1. Suksesi Primer
Suksesi
primer adalah perkembangan vegetasi, mulai dari habitat yang tidak bervegetasi
serta mampu melewati tahapannya tanpa gangguan dari luar, sampai pada
masyarakat yang stabil atau klimaks. Suksesi primer terjadi apabila masyarakat asal
terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya masyarakat asal tersebut secara
total. Suksesi primer ini terbagi lagi menjadi 2 jenis, yakni suksesi yang
berawal dari habitat kering, yang disebut suksesi xerark, dan suksesi yang
berawal dari daerah basah (air tergenang) yang disebut suksesi hidrark.
Masing-masing jenis suksesi tersebut diawali dengan komunitas pioner yang mirip
ianpa dibantu oleh adanya faktor iklim.
Gangguan
dari komunitas secara total bisa terjadi secara alami, misalnya letusan gunung
berapi, tanah longsor, endapan lumpur baru di muara sungai dan endapan pasir di
pantai, bahkan ada pula gangguan yang berasal dari manusia seperti penambangan
batu bara dan timah. Pada habitat yang baru ini akan berkembang suatu komunitas
yang baru pula, yang disebabkan adanya biji, spora dan benih yang masuk ke
habitat sebelumnya tersebut dengan bantuan tidak langsung dari air, angin
bahkan manusia.
Suksesi primer terjadi jika suatu
komunitas asal terganggu secara total sehingga kemudian membentuk komunitas
baru. Komunitas tersebut terdiri atas jenis makhluk hidup yang berbeda dengan
jenis makhluk hidup komunitas asal. Gangguan yang dialami komunitas tersebut
dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara
alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di
muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan
penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).
Proses suksesi primer dapat dimulai
pada permukaan lapisan batuan, pasir, dan perairan tergenang. Permukaan batuan
yang telanjang bukanlah tempat yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal suatu
makhluk hidup. Tempat tersebut dapat mengalami perubahan suhu yang sangat
cepat, kurang lembap, mengandung sedikit nutrient, dan sangat terbuka sehingga
suatu makhluk hidup berpotensi mengalami kerusakan oleh terpaan angin. Meskipun
tempat tersebut sangat tidak nyaman, tetapi ada kelompok makhluk hidup tertentu
yang mampu bertahan hidup. Kelompok makhluk hidup tersebut disebut kouonitas pionir
dan makhluk hidupnya disebut makhluk hidup pionir. Disebut demikian karena
mereka yang pertama kali menghuni suatu tempat. Adapun yang termasuk makhluk
hidup pionir antara lain adalah liken, ganggang, bakteri, dan jamur. Liken
merupakan tumbuhan hasil simbiosis antara ganggang dan jamur.
Pertumbuhan liken sangat lambat,
mungkin membutuhkan waktu sertus tahun untuk mempunyai ukuran seluas piring.
Dalam ekosistem sederhana itu, liken berperan sebagai produser sehingga
mengundang makhluk hidup kecil lainnya untuk hidup di tempat tersebut.
Tumbuhnya liken juga mengakibatkan fragmentasi batuan menjadi bahan-bahan
pembentuk tanah yang merupakan kunci menuju suksesi berikutnya.
Selanjutnya
bahan-bahan pembentuk tanah menyatu membentuk lapisan tipis tanah sehingga
dapat mendukung keberadaan jamur, beberapa jenis cacing, insekta, protozoa dan
beberapa jenis tumbuhan kecil ( misalnya rumput). Tiap jenis dalam komunitas
mini tersebut akan melangsungkan proses reproduksi, metabolisme, pertumbuhan,
dan beberapa diantaranya mengalami kematian yang akan menambah materi organik
untuk proses pembentukan tanah. Pada tahap demikian komunitas liken akan hilang
digantikan oleh komunitas tumbuhan kecil yang hidup musiman (perenial).
Komunitas rumput perenial tidak
akan lama bertahan. Komunitas tersebut akan digantikan oleh semak dan secara
bergiliran akan digantikan lagi oleh pohon yang lebih banyak membutuhkan sinar
matahari. Pada saat komunitas didominasi oleh pohon yang suka ditempat terbuka,
biasanya dilapisan bawah akan tumbuh bibit / anak pohon yang tahan naungan.
Pada akhirnya, pohon yang tahan naungan tersebut tumbuh melebihi tinggi pohon
yang suka sinar dengan pertambahan jumlah anakan pohon yang juga lebih banyak.
Akibatnya, komunitas pohon yang suka sinar matahari akan tergantikan oleh
komunitas pohon tahan naungan. Komunitas terakhir ini biasanya relative stabil,
tahan lama, jenis makhluk hidupnya lebih banyak dan lebih kompleks, dan
didalamnya berlangsung berbagai interaksi antar anggota komunitas. Komunitas
demikian disebut komunitas klimaks.
Komunitas klimaks merupakan akhir
dari serangkaian proses suksesi. Artinya, komunitas demikian dapat dicapai
setelah melalui beberapa tahap suksesi. Tiap-tiap tahap suksesi tersebut
disebut tahap suksesional, sedangkan seluruh rangkaian tahapan suksesi dikenal
dengan istilah sere. Beberapa ciri komunitas klimaks antara lain adalah sebagai
berikut:
a) Mampu menyokong kehidupan seluruh spesies yang hidup didalamnya.
b) Mengandung lebih banyak makhluk hidup dan macam bentuk interaksi dibandingkan komonitas suksesional.
a) Mampu menyokong kehidupan seluruh spesies yang hidup didalamnya.
b) Mengandung lebih banyak makhluk hidup dan macam bentuk interaksi dibandingkan komonitas suksesional.
Di Indonesia proses suksesi primer
berhasil diamati didaerah bekas gunung Krakatau yang meletus dahsyat pada tahun
1883. Kawasan yang sebelumnya tertutup oleh lapisan lahar membantu mulai
menunjukkan adanya kehidupan dengan hadirnya makhluk hidup pionir, yaitu berupa
liken. Sampai saat ini daerah bekas letusan gunung tersebut masih menampakkan
tanda-tanda proses suksesi.
Suksesi
sekunder terjadi apabila suatu suksesi normal atau ekosistem alami
terganggu/dirusak. Kebakaran, perladangan, penebangan secara selektif,
penggembalaan dan banjir adalah contoh kegiatan manusia yang menimbulkan
gangguan tersebut.
Suksesi sekunder terjadi jika suatu
gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas
tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya.
Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari
komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi
sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan
ini tidak sampai merusak total tempat tumbuh, sehingga dalam ekosistem tersebut
substrat lama dan kehidupan masih ada.
Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir,
kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan.
Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Contoh: kondisi hutan yang
terlantar atau tanah garapan yang ditinggalkan. Hal ini menyebabkan perbedaan
suksesi sekunder dan suksesi primer terletak pada kondisi habitat awalnya. Pada
suksesi primer, habitat awal terdiri atas substrat yang sama sekali baru
sehingga tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tahap awal berasal dari biji dan
benih yang datang dari luar. Sedangkan pada suksesi sekunder, biji dan benih
tidak saja berasal dari luar tetapi juga dari dalam habitat itu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar