Apabila tubuh kita
mengalami perdarahan akibat dari trauma, maka seara otomatis tubuh kita akan
mengatasi perdarahan tersebut. Adapun prinsip dari pembekuan darah adalah
sebagai berikut:
Prinsip Hemostasis
1.
Mengurangi aliran darah yang menuju daerah trauma
Cara untuk mengurangi
aliran darah yang menuju daerah trauma adalah sebagai berikut:
a.
Vasikonstriksi
Pembuluh darah yang
robek/ terluka akibat trauma adalah rangsangan bgi pembuluh darah itu sendiri
yang secara reflex akan mengalami vasokonstriksi pada daerah yang terluka.
Trombosit yang keluar dari pembuluh darah akan pecah dan mengeluarkan serotonin
yang berperan sebagai vasokonstriktor. Dengan demikian maka daerah pembuluh
darah yang terluka tadi akan mengecil atau menyempit, sehingga aliran darah
pada daerah tersebut menjadi kecil sampai terhenti.
b.
Penekanan oleh udema
Daerah yang mengalami
trauma akan mengalami udema. Selanjutnya jaringan yang mengalami udema tersebut
akan menekan pembuluh darah. Dengan demikian, besa menambah sempitnya aliran
darah yang menuju daerah trauma.
Vasokonstriksi
pembuluh darah
|
Pembentukan
platelet, adhesi platelet dan agregasi
|
Pembentukan
bekuan fibrin akibat aktivasi faktor-faktor pembekuan intrinsik dan
ekstrinsik
|
Pembentukan
platelet, adhesi platelet dan agregasi
|
Retraksi
bekuan
|
Retraksi
bekuan
|
Langkah – langkah Hemostasis
(Sumber: Wiwiek Handayani, 2008)
2.
Mengadakan sumbatan/ menutup lubang perdarahan
Hal yang berperan
di dalam penyumbatan atau penutupan luka adalah trombus, yaitu bekuan darah di
dalam di pembuluh darah pada orang yang masih hidup. Trombosit yang terkena
permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang terluka akan pecah dan
menempel atau mengalami penggumpalan pada pembuluh darah membentuk bekuan darah
yang disebut dengan trombus. Trombus ini akan menymbat lubang/ luka pada
pembuluh darah. Dengan demikian, darah yang mengalir pada pembuluh darah
tersebut akan berkurang bahkan sampai berhenti. Menurut jenisnya, trombus
dibagi menjadi dua, yaitu: (1) trombus putih yang tersusun oleh platelet dan
fibrin dengan kandungan eritrositnya yang relative sedikit; (2) trombus merah
yang tersusun oleh fibrin dan sel – sel darah merah.
PEMBEKUAN DARAH
Pembekuan darah
adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi menjadi material
semisolid yang dinamakan bekuan darah. Bekuan darah terutama tersusun oleh sel
– sel darah yang terperangkap dalam jaring – jaring fibrin. Fibrin adalah suatu
protein yang tidak larut dan berupa benang yang berbentuk semacam jaring –
jaring. Fibrin yang terbentuk berasal dari fibrinogen yang terdapat dalam
plasma dalam keadaan larut. Berubahnya fibrinogen menjadi fibrin disebabkan
oleh adanya trombin. Trombin adalah suatu enzim proteolitik yang bisa baru
bekerja apabila dalam keadaan aktif.
Menurut Howell,
proses pembekuan darah di bagi menjadi 3 stadium (tahap), yaitu:
-
Tahap I :
pembentukan tromboplastin
-
Tahap II :
perubahan dari protrombin menjadi trombin
-
Tahap III :
perubahan dari fibrinogen menjadi fibrin
Mekanisme
Pembekuan Darah
Pada pembuluh darah yang rusak, kaskade koagulasi
secara cepat diaktifasi untuk menghasilkan trombin dan akhirnya untuk membentuk
solid fibrin dari soluble fibrinogen, memperkuat plak trombosit primer.
Koagulasi dimulai dengan dua mekanisme yang berbeda,
yaitu proses aktifasi kontak dan kerja dari tissue faktor. Aktifasi
kontak mengawali suatu rangkaian dari reaksi-reaksi yang melibatkan faktor XII,
faktor XI, faktor IX, faktor VIII, prekalikrein, High Molecular Weight
Kininogen (HMWK), dan platelet faktor 3 (PF-3). Reaksi-reaksi ini
berperan untuk pembentukan suatu enzim yang mengaktifasi faktor X, dimana
reaksi-reaksi tersebut dinamakan jalur instrinsik (intrinsic pathway). Sedangkan koagulasi yang dimulai
dengan tissue faktor, dimana suatu interaksi antara tissue faktor ini
dengan faktor VII, akan menghasilkan suatu enzim yang juga mengaktifasi faktor
X. Ini dinamakan jalur ekstrinsik ( extrinsic pathway). Langkah selanjutnya
dalam proses koagulasi melibatkan faktor X dan V, PF-3, protrombin, dan
fibrinogen. Reaksi-reaksi ini dinamakan jalur bersama (common pathway).
Jalur ekstrinsik dimulai dengan pemaparan darah ke
jaringan yang luka. Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue
faktor) berasal dari luar darah. Pemeriksaan Protrombin Time (PT)
digunakan untuk skrining jalur ini.
Apabila darah diambil secara hati-hati sehingga tidak
terkontaminasi cairan jaringan, darah tersebut masih membeku didalam tabung
gelas. Jalur ini disebut jalur intrinsik, karena substansi yang diperlukan
untuk pembekuan ada dalam darah. Jalur intrinsik dicetuskan oleh kontak faktor
XII dengan permukaan asing. Partial thromboplastin time (PTT) dan activated
PTT (aPTT) adalah monitor yang baik untuk jalur ini. Kedua jalur akhirnya
sama -sama mengaktifasi faktor X, dan disebut jalur bersama.
Konsep dari dua jalur yang terpisah praktis untuk
memahami koagulasi darah in vitro. Hasil dari pemeriksaan PT dan PTT
atau aPTT biasanya menolong lokasi suatu kelainan dalam skema koagulasi untuk diagnosis
kelainan-kelainan koagulasi.
Tahapan aktifasi faktor – faktor pembekuan darah.
(Sumber: Wiwiek Handayani, 2008)
Faktor Pembekuan
Darah
Faktor
– faktor Pembekuan Darah
Faktor
|
Nama
|
I
|
Fibrinogen
|
II
|
Protrombin
|
IV
|
Kalsium
|
V
|
Labile faktor, proaccelerin, dan accelerator (Ac-) globulin
|
VII
|
Proconvertin, serum prothrombin convertin accelerator
(SPCA), Co-thromboplastin, dan autoprothrombin I
|
VIII
|
Antihemophilic Faktor,
Antihemophilic Globulin (AHG)
|
IX
|
Plasma Thromboplastine
Component (PTC)/ Faktor Christmas
|
X
|
Faktor Stuart-power
|
XI
|
Plasma Thromboplastine Antecedent
(PTA)
|
XII
|
Faktor Hageman
|
XIII
|
Faktor stabilisasi fibrin
|
Sumber:
Wiwiek Handayani, 2008
Jalur Intrinsik
Jalur intrinsik, memerlukan faktor VIII, faktor IX,
faktor X, faktor XI, dan faktor XII. Juga memerlukan prekalikrein dan HMWK,
begitu juga ion kalsium dan fosfolipid yang disekresi dari trombosit. Mula-
mula jalur intrinsik terjadi apabila prekalikrein, HMWK, faktor XI dan faktor
XII terpapar ke permukaan pembuluh darah adalah stimulus primer untuk fase
kontak.
Kumpulan komponen – komponen fase kontak merubah
prekallikrein menjadi kallikrein, yang selanjutnya mengaktifasi faktor XII
menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa kemudian dapat menghidrolisa prekallikrein
lagi menjadi kallikrein, membentuk kaskade yang saling mengaktifasi. Faktor
XIIa juga mengaktifasi faktor XI menjadi faktor XIa dan menyebabkan pelepasan
bradikinin, suatu vasodilator yang poten dari HMWK. Dengan adanya Ca2+,
faktor XIa mengaktifasi faktor IX menjadi faktor IXa, dan faktor IXa mengaktifasi
faktor X menjadi faktor Xa.
Jalur Ekstrinsik
Jalur ekstrinsik, dimulai pada tempat yang trauma
dalam respons terhadap pelepasan tissue faktor (faktor III). Kaskade
koagulasi diaktifasi apabila tissue faktor dieksresikan pada sel-sel
yang rusak atau distimulasi (sel – sel vaskuler atau monosit), sehingga kontak
dengan faktor VIIa sirkulasi dan membentuk kompleks dengan adanya ion kalsium. Tissue
faktor adalah suatu kofaktor dalam aktifasi faktor X yang dikatalisa faktor
VIIa. Faktor VIIa, yang mengandung serine protease, memecah faktor X menjadi
faktor Xa, identik dengan faktor IXa dari jalurinstrinsik. Aktifasi faktor VII
terjadi melalui kerja trombin atau faktor Xa.
Tissue faktor banyak
terdapat dalam jaringan termasuk adventitia pembuluh darah, epidermis, mukosa
usus dan respiratory, korteks serebral, miokardium dan glomerulus
ginjal. Aktifasi tissue faktor juga dijumpai pada subendotelium. Sel-sel
endotelium dan monosit juga dapat menghasilkan dan mengekspresikan aktifitas tissue
faktor atas stimulasi dengan interleukin-1 (IL-1) atau endotoksin, dimana menunjukan
bahwa cytokine dapat mengatur ekspresi tissue faktor dan deposisi
fibrin pada tempat inflamasi.
Kemampuan faktor Xa untuk mengaktifasi faktor VII menciptakan
suatu hubungan antara jalur instrinsik dan ekstrinsik. Selain itu hubungan dua
jalur itu ada melalui kemampuan dari tissue faktor dan faktor VIIa untuk
mengaktifasi faktor IX menjadi IXa. Hal ini terbukti bahwa ada pasien-pasien
dengan defisiensi faktor VII tetapi tidak defisiensi faktor XI, terjadi
penurunan kadar dari aktifasi faktor IX, sedangkan pasien-pasien dengan
defisiensi faktor VIII atau faktor IX, mempunyai kadar yang normal dari
aktifasi faktor X dan protrombin. Dan pada infusion recombinant faktor VIIa dengan
dosis yang relatif kecil (10-20 mg/kg BB) pada pasien-pasien dengan defisiensi
faktor VII menghasilkan suatu peningkatan yang besar pada konsentrasi aktifasi
faktor X. Faktor IXa yang baru dibentuk itu membentuk kompleks dengan faktor
VIIIa dengan adanya kalsium dan fosfolipid membrane, dan selanjutnya juga
mengaktifasi faktor X menjadi Xa. Kompleks ini disebut “tenase“. Dan ternyata
bukti-bukti menunjukan bahwa jalur ekstrinsik berperan utama dalam memulai
pembekuan darah in vitro dan pembentukan fibrin.
Activated faktor Xa adalah tempat dimana kaskade koagulasi jalur intrinsik dan ekstrinsik
bertemu. Faktor Xa berikatan dengan faktor Va (diaktifasi oleh trombin), yang
mana dengan kalsium dan fosfolipid disebut kompleks “prothrombinase“, yang secara cepat merubah protrombin menjadi
trombin.
0 komentar:
Posting Komentar